Pengertian, Pengakuan
serta Pengukuran
Pendapatan (Revenue) dan Beban (Expenses)
v PENDAPATAN (REVENUE)
Pengertian
pendapatan (revenue)
Pendapatan (revenue) merupakan hasil imbalan terhadap adanya
penyerahan barang atau jasa yang telah di produksi dalam operasi perusahaan.
Pendapatan merupakan unsur yang paling utama dalam menentukan tingkat laba yang
dapat dilihat sebagai prestasi perusahaan dalam mengoperasikan perusahaannya
dalam suatu periode tertentu. Menurut Ahmed Riahi-Belkaoui dalam bukunya “Teori
Akuntansi” menyatakan sebagai berikut :
“Pendapatan (revenue) adalah arus masuk
atau peningkatan nilai assets dari sebuah entitas atau pelunasan utangnya (atau
kombinasi dari keduanya) selama satu periode tertentu yang berasal dari
pengiriman atau pembuatan barang. Pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas
lainnya yang merupakan kegiatan utama yang masih berlangsung dari entitas
tersebut”.
Dan
dalam statement yang dibuat tahun 1957, The Committee On Accounting
Concept And Standart Of The American Accounting Association merumuskan
pendapatan dalam pernyataannya sebagai berikut :
“Pendapatan (revenue)
adalah pernyataan moneter dari keseluruhan produk dan jasa-jasa yang ditransfer
oleh perusahaan kepada para pelanggannya selama suatu periode”.
Dari beberapa pengertian pendapatan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan (revenue) adalah arus masuk bruto atau peningkatan nilai aset dan
penurunan kewajiban dari aktivitas normal perusahaan selama periode tertentu
yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Apa
yang harus dimasukkan dalam pendapatan (revenue)
?
Dalam
beberapa usaha untuk menggambarkan pendapatan (revenue) atau sifat dari komponen income tidak sesuai dengan
konsep produk tentang apa yang harus dimasukkan kedalam pendapatan. Disatu
pihak dikatakan bahwa perubahan-perubahan dalam aktiva perusahaan selain
transaksi modal harus dianggap sebagai pendapatan. Pihak lain menyatakan harus
ada pemisahan antara aktivitas yang menghasilkan pendapatan (revenue) dengan gains dan losses.
A.P.B
dalam statement no.4 nya yang menyatakan bahwa sebagai tambahan atas penjualan
barang-barang dan jasa, maka kedalam pendapatan (revenue) juga dimasukkan penjualan sumber-sumber lain selain
produk perusahaan, misalnya penjualan mesin, peralatan, dan
investasi-investasi.
Pengukuran Pendapatan (Revenue)
Cara
yang terbaik untuk mengukur pendapatan (revenue) adalah dengan
menggunakan nilai tukar (exchange value) dari
barang atau jasa. Nilai tukar ini menunjukan ekuivalen kas atau nilai sekarang
dari tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima dari transaksi pendapatan. Dalam
banyak kasus, nilai ini bisa di ekuivalen dengan harga yang disepakati dalam
transaksi dengan pelanggan. Tetapi penyisihan semestinya harus dibuat untuk
waktu menunggu hingga tagihan dibayar. Penjualan kas sebesar Rp1000 menghasilkan
pendapatan sebesar Rp1000, tetapi penjualan serupa dengan pembayaran yang sama
setahun kemudian menghasilkan pendapatan kurang dari Rp1000, kalau kita
memperhitungkan faktor waktu yang tercermin dalam diskonto. Apabila waktu
menunggu singkat, maka diskonto dapat diabaikan karena tiga alasan pragmatik
sebagai berikut:
· Dengan
tingkat diskonto yang rendah maka jumlah diskonto akan kecil dan tidak
mempengaruhi total penilaian pendapatan secara material. Misalnya, tagihan yang
akan dibayar dalam waktu 60 hari, maka jumlah diskonto dengan tingkat 10% per
tahun akan kurang dari 2% dari pendapatan.
· Karena
bunga diklasifikasikan sebagai bagian dari total pendapatan, maka pengaruh
utama berasal dari pengaruh waktu. Bunga harus dicatat setelah pencatatan
pendapatan yang berasal dari transaksi awal. Akan tetapi, jika jumlah bunga
tidak material, maka pemasukannya dalam pendapatan penjualan akan berpengaruh
kecil terhadap total pendapatan untuk periode itu.
·
Klasifikasi pendapatan yang timbul dari
saat penantian (bunga) akan hilang dan dimasukkan dalam klasifikasi pendapatan
yang berasal dari penjualan produk atau jasa.
Kriteria diatas untuk
pengukuran pendapatan mengacu pada nilai sekarang dari uang atau ekuivalen uang
yang akhirnya akan diterima sebagai hasil proses produksi atau transaksi
pendapatan. Maka jelaslah bahwa seluruh retur, potongan dagang, dan
pengurangan-pengurangan lainnya dari harga yang ditagih harus dikurangkan dari
pendapatan yang berasal dari transaksi tertentu. Perlakuan potongan tunai dan
kerugian akibat dari piutang tak tertagih mungkin tidak begitu jelas. Akan
tetapi, hal ini juga merupakan pengurangan dari harga yang ditagih, walaupun
tidak sengaja, seperti dalam hal kerugian dari piutang ragu-ragu.
Timing
daripada Pendapatan (Revenue)
Pendapatan
membutuhkan pengetahuan mengenai kepastian bahwa dia dapat diukur, dan bukan
sekedar pengetahuan bahwa nilai tambah sudah terjadi. Oleh karena hal-hal yang
berkaitan dengan ketidakpastianlah, maka akuntan mulai mencari dan menciptakan
kaidah-kaidah mengenai timing
daripada pendapatan.
Sprouse
dan Moonitz mengatakan bahwa : “ Pendapatan (revenue) harus diindentifikasikan
dengan periode dimana kegiatan ekonomi yang utama untuk menciptakan dan
melemparkan barang dan jasa yang telah dicapai, dengan catatan bahwa pengukuran
yang objektif dapat dilakukan”. Kedua kondisi ini (tercapainya kegiatan ekonomi
utama dan objektifitas dalam pengukuran) dapat dicapai pada macam-macam
tahapan, kadang-kadang pada saat pengiriman barang atau pelaksanaan pemberian
jasa, sedangkan dalam hal-hal lain bisa pada tahapan sebelumnya.
Kalau
dilihat dari segala kegiatan dan peristiwa yang mendukung terjadinya
pendapatan, maka secara teoritis timing
daripada revenue bisa pada saat
seperti :
1.
Selama berlangsungnya produksi
2.
Sesudah produksi selesai
3.
Pada saat penjualan
4.
Pada saat diterimanya uang tunai
Laporan
Pendapatan
1.
Laporan
pendapatan (revenue) selama produksi
Dasar
akuntan akrual yang tradisional mengakui pendapatan pada saat dihasilkan jika
pada saat yang sama tagihan terhadap pelanggan atau klien meningkat. Prinsip
ini umumnya berlaku dalam industri jasa. Produk perusahaan terjadi ketika jasa
diberikan. Jumlah tagihan biasanya ditentukan berdasarkan persetujuan atau
kontrak sebelumnya, atau seringkali berdasarkan harga perdagangan yang telah
ditetapkan, walaupun klien atau penyewa tidak dituntut membayar sampai suatu
tanggal kemudian atau setidak-tidaknya sampai sejumlah jasa tertentu telah
diberikan. Beberapa contoh dasar akrual pada saat pelaporan selama
produksi:
Ø Kontrak jangka panjang
Aplikasi
kedua yang diterima untuk melaporkan pendapatan selama masa produksi adalah
pengakuan terhadap pendapatan dalam kontrak-kontrak jangka panjang.
Pertimbangan
yang paling penting adalah bahwa harga total kontrak telah ditentukan terlebih
dahulu dan demikian jumlahnya sudah pasti. Kepastian tentang harga jual sudah
ditekan seminim mungkin (hampir tidak ada masalah) dan ketidakpastian yang
berkenaan dengan pengumpulan harga yang sudah ditentukan tersebut tidaklah
besar terutama apabila pihak pembeli adalah unit-unit pemerintah atau
perusahaan-perusahaan besar yang sudah mapan. Prosedur ini mempunyai dua
kesulitan utama, yaitu :
· Hal
ini mengasumsikan bahwa keuntungan yang diterima perusahaan timbul karena
dikeluarkannya biaya padahal bagian penting dari kontribusi perusahaan mungkin
datangnya dari mana masa perencanaan dimana biaya belum begitu dikeluarkan.
· Kesulitan
yang kedua timbul karena presentasi dihitung dengan menggunakan biaya total
sebagai angka penyebut.
Ø Pertambahan (accretion)
Pendapatan
(revenue) yang berasal dari accretion
hanya dapat diakui dengan perbandingan penilain-penilaian persediaan. Nilai
sekarang yang dihitung kembali sulit untuk ditentukan karena hal tersebut
tergantung kepada harapan-harapan sehubungan dengan harga pasar pada masa yang
akan datang. Perkiraan biaya yang perlu dikeluarkan untuk peningkatan nilai
tersebut, biaya-biaya dalam masa panen, serta biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk memasarkan produk akhir.
Kriteria
yang penting adalah adanya kepastian tentang harga jual akhir dari produk dan
biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan untuk memungkinkan pertumbuhan optimal dan
persiapan-persiapan untuk melakukan penjualan.
2.
Laporan
pendapatan (revenue) setelah produksi
selesai
Pada
saat produk diselesaikan, satu dari beberapa ketidakpastian terdahulu yaitu
biaya produksi sekarang dapat dihitung dengan tingkat ketepatan yang wajar.
Harga jual dan biaya tambahan penjualan serta penyerahan masih tetap belum
pasti. Akan tetapi, bila biaya-biaya ini dapat ditaksir cukup tepat, maka pada
saat penyelesaian produksi ini dapat dibenarkan untuk melaporkan pendapatan.
Dari
segi pandang ekonomi, nilai bertambah pada semua kegiatan ekonomi perusahaan,
termasuk produksi akan tetapi pelaporan pendapatan pada waktu penyelesaian
produksi tergantung pada tingkat kepastian dimana harga jual dan biaya tambahan
dapat diestimasikan dengan baik.
Dalam
beberapa hal laporan pendapatan pada saat penyelesaian proses produksi
diperbolehkan sekalipun produk-produk yang diproduksikan tidak berdasarkan pada
kontrak tertentu. Kriteria utama untuk hal tersebut adalah :
· Adanya
harga jual yang dapat ditentukan atau harga pasar yang stabil.
· Biaya
pemasaran tidak besar.
· Saling
pertukaran unit-unit produksi.
Ketidakmampuan dalam
menentukan biaya bukanlah merupakan satu alasan yang logis untuk mengukur
pendapatan pada saat penyelesaian produksi. Pertimbangan pokok adalah pada
kemampuan untuk memperoleh pengukuran-pengukuran pendapatan dan biaya-biaya
yang dapat diverifikasikan secara baik dan dapat dipercaya.
3.
Laporan
pendapatan (revenue) pada saat
penjualan
Laporan
pendapatan pada saat penjualan didasarkan kepada :
· Harga
pokok dapat ditetapkan secara pasti.
· Produk
yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan aktiva-aktiva baru sudah
menggantikan produk tersebut.
· Banyak
pihak-pihak yang berkepentingan menganggap bahwa penjualan merupakan kejadian
keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonominya.
· Kebanyakan
biaya produksi atau pengadaan barang produksi tersebut telah dikeluarkan dengan
mudah.
4.
Laporan
pendapatan (revenue) sesudah
penjualan
Penerimaan
kas atau antisipasi penerimaan kas adalah signifikan dalam pengukuran
pendapatan tetapi kedua hal tersebut tidaklah penting sekali dalam proses yang
meningkatkan aktiva perusahaan. Namun demikian, apabila salah satu dari kedua
kriteria yang berikut dipenuhi, penundaan pengakuan pendapatan sampai saat
penerimaan tunai memang dapat dibenarkan :
· Apabila
tidak mungkin mengukur nilai aktiva yang diterima secara cukup tepat.
· Apabila
masih ada biaya-biaya yang material jumlahnya yang masih harus dikeluarkan dan
biaya-biaya ini tidak dapat ditaksirkan jumlahnya secara tepat.
Contoh yang sering
dipergunakan untuk membenarkan penundaan pengukuran pendapatan adalah penjualan
dengan cicilan. Tagihan sering diragukan karena pembeli mempunyai kecenderungan
“Besar pasak daripada tiang”, atau pembeli diluar kesanggupan untuk membayar.
v BEBAN
(EXPENSES)
Pengertian Beban (Expenses)
Expense
juga merupakan “konsep arus” (a flow
concept) yang menggambarkan perubahan-perubahan yang negatif (unfavoroble) dalam sumber perusahaan.
Yang lebih tepat beban dapat dikatakan sebagai pemakaian atau konsumsi barang dan
jasa dalam proses untuk memperoleh pendapatan.
Tidak
jarang terjadi beban didefinisikan dalam pengertian biaya yang habis digunakan (cost expiration) atau alokasi biaya.
Penilaian expense adalah suatu masalah yang berbeda dengan definisi expense. Expense diukur melalui penilaian dari
jumlah barang atau jasa yang dipakai atau diasumsikan. Pertayaan-pertayaan
sehubungan dengan istilah “extenses”.
Apa
yang seharusnya dimasukkan dalam Expense?
Dalam
definisi diatas, hanya perubahan-perubahan negatif (unsavorable) yang terjadi dalam proses pendapatan saja yang
dimasukkan dalam expense.
Potongan-potongan
penjualan (sales discont) dan bed debt losses secara konvensional
diperlukan sebagai expense.
Potongan-potongan adalah pengurangan pendapatan dan bukannya bunga dari dana
yang dipinjam.
Asset expiration
dan kewajiban-kewajiban yang timbul dengan adanya transaksi modal tidak boleh
dimasukkan sebagai expense tetapi
sebagai pengurangan modal. Tujuan untuk memperoleh pendapatan sangat tidak
langsung, seperti halnya pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan atas
utang-utang atau kebutuhan untuk menservice utang perusahaan.
Pengklasifikasian
expense kedalam “selling”, “administrative” atau “cost of good sold” akan berguna untuk maksud-maksud penganalisaan
didalam perusahaan sendiri. Sementara masing-masing klasifikasi dapat
menggambarkan pemakaian barang-barang dan jasa dalam proses operasi perusahaan
pada waktu yang berbeda-beda, tetapi kesemuanya merupakan expense. Cost of good sold
merupakan expense, sama saja halnya
dengan komisi untuk para tenaga penjual.
Bagaimana
seharusnya pengukuran terhadap Expense?
Pengukuran
barang-barang dan jasa-jasa yang dipakai dalam operasi perusahaan tidak
mempunyai solusi yang sederhana. Menurut pendapat pihak-pihak yang menyatakan
bahwa expense merupakan penurunan
aktiva perusahaan, pengukuran yang logis adalah nilai dari barang-barang dan
jasa yang digunakan dalam operasi perusahaan. Sebaliknya, pihak-pihak yang
menekankan pada laporan arus kas expense diukur
dalam pengertian transaksi. Pengukuran-pengukuran yang umum digunakan dalam expense, adalah :
Ø Biaya Historis
Alasan
utama penggunaan biaya-biaya historis adalah karena biaya-biaya tersebut dapat
diverifikasi mengingat hal tersebut menggambarkan pengeluaran perusahaan.
Ø Harga yang berlaku sekarang (current price)
Seperti
halnya pendapatan, expenses juga
harus diukur dengan harga sekarang dari barang atau jasa yang dipakai. Income yang dihasilkan penjualan
merupakan kelebihan kas atau claim
yang akan diterima atas jumlah sumber-sumber yang dipakai. Jadi, pengukuran expenses dalam harga-harga sekarang
mempunyai keuntungan karena membedakan :
· Income
yang dihasilkan dari transaksi, dan
· Gains
dan losses yang diakibatkan karena
perusahaan memiliki/menahan terlebih dahulu aktiva sebelum masanya dipakai
dalam operasi. Harga berlaku sekarang dapat menggambarkan baik harga likuidasi
saat ini (penjualan) ataupun biaya-biaya lainnya.
Timing daripada Expenses
Timing
ataupun pembuatan laporan expenses
akan ditampakkan dengan mencatat aktivitas-aktivitas (pemakaian) dalam
perkiraan atau memasukkannya kedalam laporan keuangan. Definisi sebagai perubahan-perubahan
dalam nilai pada umumnya mengatakan bahwa expenses
harus dilaporkan setiap saat terjadinya penurunan nilai ataupun bilamana tidak
ada keuntungan-keuntungan atau nilai-nilai yang jelas akan diterima pada masa
yang akan datang yang berasal dari penggunaan barang dan jasa. Beberapa timing daripada expenses, yaitu :
1.
Konsep Perbandingan (matching concept)
Sebagaimana
didefinisikan oleh komite AAA pada tahun 1964, konsep matching merupakan proses pelaporan beban berdasarkan hubungan
sebab akibat dengan pendapatan yang dilaporkan. Matching yang tepat hanya terjadi apabila dapat ditemukan kaitan
yang wajar antara pendapatan dengan beban. Dengan demikian timing expenses mengisyaratkan adanya :
· Kaitannya
dengan pendapatan, dan
· Dilaporkan
dalam periode yang sama dengan laporan pendapatan
2.
Perbandingan langsung atau produk
Dalam
hal ini pemakaian barang dan jasa dikaitkan dengan produk tertentu dan produk
tersebut kemudian dihubungkan dengan pendapatan pada saat hal tersebut
dilaporkan. Penggunaan barang dan jasa dikaitkan dengan produk tertentu, dan
kemudian produk itu dikaitkan dengan pendapatan pada saat pendapatan
dilaporkan. Penandingan harga pokok produk dengan pendapatan menimbulkan
beberapa masalah yang rumit, yaitu :
Ø Identifikasi biaya produk
Biaya
biaya atas produk yang masih ada dalam perusahaan baik sebagai barang jadi yang
belum terjual ataupun barang-barang setengah jadi harus dimasukkan sebagai
persedian dan simpanan sampai saat terjadinya penjualan atau melaporkan
pendapatan. Biaya-biaya produksi yang secara langsung dikaitkan dengan produksi
produk-produk tertentu. Sedangkan biaya-biaya produksi tidak langsung merupakan
barang-barang dan jasa-jasa yang dipakai dalam proses yang tidak dapat
diidentifikasikan dengan produk tertentu.
Ø Expense
yang berkaitan langsung dengan pendapatan yang akan datang tetapi tidak
termasuk dalam biaya produk.
Biaya-biaya
yang dapat dikaitkan dengan pendapatan pada masa yang akan datang tidak dapat
dibebankan secara langsung kepada produk perusahaan karena tidak menggambarkan
nilai yang ditambahkan kepada produk-produk tertentu. Biaya-biaya tersebut pada
umumnya merupakan biaya-biaya administrasi dan penjualan yang secara jelas
dapat dihubungkan dengan pendapatan masa yang akan datang. Biaya-biaya lain yang
dapat dilanjutkan pembebanannya (carry
forward) pada dasarnya merupakan expense
yang dibayar dimuka atau terlebih dahulu (repaid
exponse).
Ø Beban langsung yang timbul sesudah pendapatan
dilaporkan
Kadang-kadang
beban langsung akan terjadi sesudah pelaporan pendapatan yang berkaitan. Bilamana
pendapatan dilaporkan terlebih dahulu sebelum pengiriman terakhir barang-barang
yang dijual maka akan sangat mungkin ada biaya-biaya tambahan untuk penjualan
dan pengiriman barang tersebut. Dimana dalam hal seperti ini mana mungkin
pantas untuk mencatat jumlah pendapatan sebesar harga penjualan dikurangi
dengan biaya-biaya tambahan yang diperkirakan.
3.
Pembanding langsung atau pembanding
disuatu periode
Laporan
expense dalam periode dimana barang
dan jasa dipakai dalam proses produksi adalah suatu proses matching pengukuran barang dan jasa dengan periode pemakaiannya,
hal ini merupakan laporan barang dan jasa dalam periode dimana mereka diperoleh
atau dibayar.
Hal-hal berikut
ini sering kali digunakan sebagai justifikasi untuk pembandingan tak langsung:
· Banyak
expense periode secara tidak langsung
dikaitkan dengan pendapatan yang dihasilkan pada periode berjalan, jadi tidak
ada penyimpangan yang material dari prinsip matching
apabila expense dilaporkan pada
saat barang atau jasa dipakai diproses produksi.
· Dalam
banyak hal, tidak dapat ditemukan kaitan antara expense dengan pendapatan, tetapi apabila expense diperlukan untuk keseluruhan proses produksi, maka ini
berarti bahwa expense tersebut harus
dibebankan kepada periode berjalan.
Langkah-langkah dalam proses membebankan
expense kedalam suatu periode :
· Penentuan
saat terjadinya ekspirasi barang dan jasa
· Mengklasifikasikan
expense menurut aktivitas utama
perusahaan.
Konsep Alokasi
Dalam
bidang akuntansi, alokasi adalah suatu proses pembagian sekumpulan atau
sejumlah penilaian dan membebankan hasil-hasil yang diperoleh kedalam
klasifikasi atau periode yang terpisah.
Athur
L. Thomas dalam tulisannya “The
Allocation Problem in Financial Accounting Theory” mengatakan bahwa untuk
dijustifikasi secara teoritis, maka alokasi harus dapat memenuhi tiga kriteria
yaitu :
· Defensibility (dapat
ditambahkan)
· Unambiguity (tidak
membingungkan)
· Defensibity (dapat
dipertahankan)
GAINS
DAN LOSSES
Gains
and Losses merupakan kejadian yang menguntungkan dan tidak
menguntungkan, yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan normal perusahaan
yang menghasilkan pendapatan.
Pengertian Gains
Hadiah
(gains) yang diberikan kepada
perusahaan dapat diklasifikasikan baik sebagai kapital/modal maupun income, tergantung kepada maksud si pemberi
serta suasana yang menyertai pemberian tersebut. Sebagian besar gains yang lain dihasilkan dari adanya
pertukaran sehingga dengan demikian dibutuhkan matching antara aspek-aspek positif dari pertukaran tersebut.
Pemberian
harus diukur seperti pendapatan yaitu menurut nilai berjalan (nilai saat ini)
dari aktiva yang diterima. Pengukuran aspek yang menguntungkan serupa dengan
pengukuran pendapatan yaitu menurut nilai saat ini dari aktiva yang diterima
atau diakui berdasarkan nilai saat ini dari pengurangan hutang. Aspek yang
tidak menguntungkan harus diukur sama dengan beban yaitu menurut nilai barang
dan jasa yang digunakan atau dipertukarkan dalam transaksi.
Pada
dasarnya, keengganan para akuntan mencatat kenaikan nilai berpangkal pada dua
sumber :
· Pertambahan
nilai bersifat tidak pasti dan sementara
· Peningkatan
nilai tidaklah menambah sumber-sumber likuid yang dapat digunakan untuk
membayar deviden.
Pengertian losses
Istilah
“loss” digunakan oleh akuntan untuk
menggambarkan kelebihan expense
atau pendapatan dalam satu periode, jadi hal ini merupakan kebalikan dari income, tetapi disisni pengertian
tersebut dipergunakan sebagai lawan dari pengertian gains.
Bagian
terpenting dari pengertian losses adalah
bahwa hal tersebut menggambarkan habisnya nilai yang tidak berhubungan dengan
operasi-operasi normal perusahaan disetiap periode. Pengukuran losses sama dengan pengukuran expense kecuali semua jumlah penghasilan
harus dikurangi secara langsung untuk menunjukkan jumlah bersih dari kerugian
itu.
Kriteria pengakuan kerugian sama dengan kriteria
pengakuan beban periode. Kerugian tidak dapat dibandingkan dengan pendapatan, sehingga
harus diakui pada periode di mana kerugian itu cukup pasti bahwa aktiva
tertentu akan memberikan manfaat yang lebih sedikit bagi perusahaan
dibandingkan dengan yang dinyatakan oleh nilai yang tercatat.By : Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar