Senin, 20 April 2015

Pengertian, Pengakuan serta Pengukuran Pendapatan (Revenue) dan Beban (Expenses)

Pengertian, Pengakuan serta Pengukuran
 Pendapatan (Revenue) dan Beban (Expenses)
v  PENDAPATAN (REVENUE)
Pengertian pendapatan (revenue)
Pendapatan (revenue) merupakan hasil imbalan terhadap adanya penyerahan barang atau jasa yang telah di produksi dalam operasi perusahaan. Pendapatan merupakan unsur yang paling utama dalam menentukan tingkat laba yang dapat dilihat sebagai prestasi perusahaan dalam mengoperasikan perusahaannya dalam suatu periode tertentu. Menurut Ahmed Riahi-Belkaoui dalam bukunya “Teori Akuntansi” menyatakan sebagai berikut :
Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan nilai assets dari sebuah entitas atau pelunasan utangnya (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode tertentu yang berasal dari pengiriman atau pembuatan barang. Pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan utama yang masih berlangsung dari entitas tersebut”.
Dan dalam statement yang dibuat tahun 1957, The Committee On Accounting Concept And Standart Of The American Accounting Association merumuskan pendapatan dalam pernyataannya sebagai berikut :
“Pendapatan (revenue) adalah pernyataan moneter dari keseluruhan produk dan jasa-jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada para pelanggannya selama suatu periode”.
Dari beberapa pengertian pendapatan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan (revenue) adalah arus masuk bruto atau peningkatan nilai aset dan penurunan kewajiban dari aktivitas normal perusahaan selama periode tertentu yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Apa yang harus dimasukkan dalam pendapatan (revenue) ?
Dalam beberapa usaha untuk menggambarkan pendapatan (revenue) atau sifat dari komponen income tidak sesuai dengan konsep produk tentang apa yang harus dimasukkan kedalam pendapatan. Disatu pihak dikatakan bahwa perubahan-perubahan dalam aktiva perusahaan selain transaksi modal harus dianggap sebagai pendapatan. Pihak lain menyatakan harus ada pemisahan antara aktivitas yang menghasilkan pendapatan (revenue) dengan gains dan losses.
A.P.B dalam statement no.4 nya yang menyatakan bahwa sebagai tambahan atas penjualan barang-barang dan jasa, maka kedalam pendapatan (revenue) juga dimasukkan penjualan sumber-sumber lain selain produk perusahaan, misalnya penjualan mesin, peralatan, dan investasi-investasi.
Pengukuran Pendapatan (Revenue)
Cara yang terbaik untuk mengukur pendapatan (revenue) adalah dengan menggunakan nilai tukar (exchange value) dari barang atau jasa. Nilai tukar ini menunjukan ekuivalen kas atau nilai sekarang dari tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima dari transaksi pendapatan. Dalam banyak kasus, nilai ini bisa di ekuivalen dengan harga yang disepakati dalam transaksi dengan pelanggan. Tetapi penyisihan semestinya harus dibuat untuk waktu menunggu hingga tagihan dibayar. Penjualan kas sebesar Rp1000 menghasilkan pendapatan sebesar Rp1000, tetapi penjualan serupa dengan pembayaran yang sama setahun kemudian menghasilkan pendapatan kurang dari Rp1000, kalau kita memperhitungkan faktor waktu yang tercermin dalam diskonto. Apabila waktu menunggu singkat, maka diskonto dapat diabaikan karena tiga alasan pragmatik sebagai berikut:
·      Dengan tingkat diskonto yang rendah maka jumlah diskonto akan kecil dan tidak mempengaruhi total penilaian pendapatan secara material. Misalnya, tagihan yang akan dibayar dalam waktu 60 hari, maka jumlah diskonto dengan tingkat 10% per tahun akan kurang dari 2% dari pendapatan.
·      Karena bunga diklasifikasikan sebagai bagian dari total pendapatan, maka pengaruh utama berasal dari pengaruh waktu. Bunga harus dicatat setelah pencatatan pendapatan yang berasal dari transaksi awal. Akan tetapi, jika jumlah bunga tidak material, maka pemasukannya dalam pendapatan penjualan akan berpengaruh kecil terhadap total pendapatan untuk periode itu.
·      Klasifikasi pendapatan yang timbul dari saat penantian (bunga) akan hilang dan dimasukkan dalam klasifikasi pendapatan yang berasal dari penjualan produk atau jasa.
Kriteria diatas untuk pengukuran pendapatan mengacu pada nilai sekarang dari uang atau ekuivalen uang yang akhirnya akan diterima sebagai hasil proses produksi atau transaksi pendapatan. Maka jelaslah bahwa seluruh retur, potongan dagang, dan pengurangan-pengurangan lainnya dari harga yang ditagih harus dikurangkan dari pendapatan yang berasal dari transaksi tertentu. Perlakuan potongan tunai dan kerugian akibat dari piutang tak tertagih mungkin tidak begitu jelas. Akan tetapi, hal ini juga merupakan pengurangan dari harga yang ditagih, walaupun tidak sengaja, seperti dalam hal kerugian dari piutang ragu-ragu.
Timing daripada Pendapatan (Revenue)
Pendapatan membutuhkan pengetahuan mengenai kepastian bahwa dia dapat diukur, dan bukan sekedar pengetahuan bahwa nilai tambah sudah terjadi. Oleh karena hal-hal yang berkaitan dengan ketidakpastianlah, maka akuntan mulai mencari dan menciptakan kaidah-kaidah mengenai timing daripada pendapatan.
Sprouse dan Moonitz mengatakan bahwa : “ Pendapatan (revenue) harus diindentifikasikan dengan periode dimana kegiatan ekonomi yang utama untuk menciptakan dan melemparkan barang dan jasa yang telah dicapai, dengan catatan bahwa pengukuran yang objektif dapat dilakukan”. Kedua kondisi ini (tercapainya kegiatan ekonomi utama dan objektifitas dalam pengukuran) dapat dicapai pada macam-macam tahapan, kadang-kadang pada saat pengiriman barang atau pelaksanaan pemberian jasa, sedangkan dalam hal-hal lain bisa pada tahapan sebelumnya.
Kalau dilihat dari segala kegiatan dan peristiwa yang mendukung terjadinya pendapatan, maka secara teoritis timing daripada revenue bisa pada saat seperti :
1.    Selama berlangsungnya produksi
2.    Sesudah produksi selesai
3.    Pada saat penjualan
4.    Pada saat diterimanya uang tunai
Laporan Pendapatan
1.    Laporan pendapatan (revenue) selama produksi
Dasar akuntan akrual yang tradisional mengakui pendapatan pada saat dihasilkan jika pada saat yang sama tagihan terhadap pelanggan atau klien meningkat. Prinsip ini umumnya berlaku dalam industri jasa. Produk perusahaan terjadi ketika jasa diberikan. Jumlah tagihan biasanya ditentukan berdasarkan persetujuan atau kontrak sebelumnya, atau seringkali berdasarkan harga perdagangan yang telah ditetapkan, walaupun klien atau penyewa tidak dituntut membayar sampai suatu tanggal kemudian atau setidak-tidaknya sampai sejumlah jasa tertentu telah diberikan. Beberapa contoh  dasar akrual pada saat pelaporan selama produksi:
Ø Kontrak jangka panjang
Aplikasi kedua yang diterima untuk melaporkan pendapatan selama masa produksi adalah pengakuan terhadap pendapatan dalam kontrak-kontrak jangka panjang.
Pertimbangan yang paling penting adalah bahwa harga total kontrak telah ditentukan terlebih dahulu dan demikian jumlahnya sudah pasti. Kepastian tentang harga jual sudah ditekan seminim mungkin (hampir tidak ada masalah) dan ketidakpastian yang berkenaan dengan pengumpulan harga yang sudah ditentukan tersebut tidaklah besar terutama apabila pihak pembeli adalah unit-unit pemerintah atau perusahaan-perusahaan besar yang sudah mapan. Prosedur ini mempunyai dua kesulitan utama, yaitu :
·      Hal ini mengasumsikan bahwa keuntungan yang diterima perusahaan timbul karena dikeluarkannya biaya padahal bagian penting dari kontribusi perusahaan mungkin datangnya dari mana masa perencanaan dimana biaya belum begitu dikeluarkan.
·      Kesulitan yang kedua timbul karena presentasi dihitung dengan menggunakan biaya total sebagai angka penyebut.
Ø Pertambahan (accretion)
Pendapatan (revenue) yang berasal dari accretion hanya dapat diakui dengan perbandingan penilain-penilaian persediaan. Nilai sekarang yang dihitung kembali sulit untuk ditentukan karena hal tersebut tergantung kepada harapan-harapan sehubungan dengan harga pasar pada masa yang akan datang. Perkiraan biaya yang perlu dikeluarkan untuk peningkatan nilai tersebut, biaya-biaya dalam masa panen, serta biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk memasarkan produk akhir.
Kriteria yang penting adalah adanya kepastian tentang harga jual akhir dari produk dan biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan untuk memungkinkan pertumbuhan optimal dan persiapan-persiapan untuk melakukan penjualan.
2.    Laporan pendapatan (revenue) setelah produksi selesai
Pada saat produk diselesaikan, satu dari beberapa ketidakpastian terdahulu yaitu biaya produksi sekarang dapat dihitung dengan tingkat ketepatan yang wajar. Harga jual dan biaya tambahan penjualan serta penyerahan masih tetap belum pasti. Akan tetapi, bila biaya-biaya ini dapat ditaksir cukup tepat, maka pada saat penyelesaian produksi ini dapat dibenarkan untuk melaporkan pendapatan.
Dari segi pandang ekonomi, nilai bertambah pada semua kegiatan ekonomi perusahaan, termasuk produksi akan tetapi pelaporan pendapatan pada waktu penyelesaian produksi tergantung pada tingkat kepastian dimana harga jual dan biaya tambahan dapat diestimasikan dengan baik.
Dalam beberapa hal laporan pendapatan pada saat penyelesaian proses produksi diperbolehkan sekalipun produk-produk yang diproduksikan tidak berdasarkan pada kontrak tertentu. Kriteria utama untuk hal tersebut adalah :
·      Adanya harga jual yang dapat ditentukan atau harga pasar yang stabil.
·      Biaya pemasaran tidak besar.
·      Saling pertukaran unit-unit produksi.
Ketidakmampuan dalam menentukan biaya bukanlah merupakan satu alasan yang logis untuk  mengukur pendapatan pada saat penyelesaian produksi. Pertimbangan pokok adalah pada kemampuan untuk memperoleh pengukuran-pengukuran pendapatan dan biaya-biaya yang dapat diverifikasikan secara baik dan dapat dipercaya.
3.   Laporan pendapatan (revenue) pada saat penjualan
Laporan pendapatan pada saat penjualan didasarkan kepada :
·      Harga pokok dapat ditetapkan secara pasti.
·      Produk yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan aktiva-aktiva baru sudah menggantikan produk tersebut.
·      Banyak pihak-pihak yang berkepentingan menganggap bahwa penjualan merupakan kejadian keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonominya.
·      Kebanyakan biaya produksi atau pengadaan barang produksi tersebut telah dikeluarkan dengan mudah.
4.    Laporan pendapatan (revenue) sesudah penjualan
Penerimaan kas atau antisipasi penerimaan kas adalah signifikan dalam pengukuran pendapatan tetapi kedua hal tersebut tidaklah penting sekali dalam proses yang meningkatkan aktiva perusahaan. Namun demikian, apabila salah satu dari kedua kriteria yang berikut dipenuhi, penundaan pengakuan pendapatan sampai saat penerimaan tunai memang dapat dibenarkan :
·      Apabila tidak mungkin mengukur nilai aktiva yang diterima secara cukup tepat.
·      Apabila masih ada biaya-biaya yang material jumlahnya yang masih harus dikeluarkan dan biaya-biaya ini tidak dapat ditaksirkan jumlahnya secara tepat.
Contoh yang sering dipergunakan untuk membenarkan penundaan pengukuran pendapatan adalah penjualan dengan cicilan. Tagihan sering diragukan karena pembeli mempunyai kecenderungan “Besar pasak daripada tiang”, atau pembeli diluar kesanggupan untuk membayar.

v   BEBAN (EXPENSES)
Pengertian Beban (Expenses)
Expense  juga merupakan “konsep arus” (a flow concept) yang menggambarkan perubahan-perubahan yang negatif (unfavoroble) dalam sumber perusahaan. Yang lebih tepat beban dapat dikatakan sebagai pemakaian atau konsumsi barang dan jasa dalam proses untuk memperoleh pendapatan.
Tidak jarang terjadi beban didefinisikan dalam pengertian biaya yang habis digunakan (cost expiration) atau alokasi biaya. Penilaian expense adalah suatu masalah yang berbeda dengan definisi expense. Expense diukur melalui penilaian dari jumlah barang atau jasa yang dipakai atau diasumsikan. Pertayaan-pertayaan sehubungan dengan istilah “extenses”.
Apa yang seharusnya dimasukkan dalam Expense?
Dalam definisi diatas, hanya perubahan-perubahan negatif (unsavorable) yang terjadi dalam proses pendapatan saja yang dimasukkan dalam expense.
Potongan-potongan penjualan (sales discont) dan bed debt losses secara konvensional diperlukan sebagai expense. Potongan-potongan adalah pengurangan pendapatan dan bukannya bunga dari dana yang dipinjam.
Asset expiration dan kewajiban-kewajiban yang timbul dengan adanya transaksi modal tidak boleh dimasukkan sebagai expense tetapi sebagai pengurangan modal. Tujuan untuk memperoleh pendapatan sangat tidak langsung, seperti halnya pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan atas utang-utang atau kebutuhan untuk menservice utang perusahaan.
Pengklasifikasian expense kedalam “selling”, “administrative” atau “cost of good sold” akan berguna untuk maksud-maksud penganalisaan didalam perusahaan sendiri. Sementara masing-masing klasifikasi dapat menggambarkan pemakaian barang-barang dan jasa dalam proses operasi perusahaan pada waktu yang berbeda-beda, tetapi kesemuanya merupakan expense. Cost of good sold merupakan expense, sama saja halnya dengan komisi untuk para tenaga penjual.
Bagaimana seharusnya pengukuran terhadap Expense?
Pengukuran barang-barang dan jasa-jasa yang dipakai dalam operasi perusahaan tidak mempunyai solusi yang sederhana. Menurut pendapat pihak-pihak yang menyatakan bahwa expense merupakan penurunan aktiva perusahaan, pengukuran yang logis adalah nilai dari barang-barang dan jasa yang digunakan dalam operasi perusahaan. Sebaliknya, pihak-pihak yang menekankan pada laporan arus kas expense diukur dalam pengertian transaksi. Pengukuran-pengukuran yang umum digunakan dalam expense, adalah :
Ø Biaya Historis
Alasan utama penggunaan biaya-biaya historis adalah karena biaya-biaya tersebut dapat diverifikasi mengingat hal tersebut menggambarkan pengeluaran perusahaan.
Ø Harga yang berlaku sekarang (current price)
Seperti halnya pendapatan, expenses juga harus diukur dengan harga sekarang dari barang atau jasa yang dipakai. Income yang dihasilkan penjualan merupakan kelebihan kas atau claim yang akan diterima atas jumlah sumber-sumber yang dipakai. Jadi, pengukuran expenses dalam harga-harga sekarang mempunyai keuntungan karena membedakan :
·      Income yang dihasilkan dari transaksi, dan
·      Gains dan losses yang diakibatkan karena perusahaan memiliki/menahan terlebih dahulu aktiva sebelum masanya dipakai dalam operasi. Harga berlaku sekarang dapat menggambarkan baik harga likuidasi saat ini (penjualan) ataupun biaya-biaya lainnya.
Timing daripada Expenses
Timing ataupun pembuatan laporan expenses akan ditampakkan dengan mencatat aktivitas-aktivitas (pemakaian) dalam perkiraan atau memasukkannya kedalam laporan keuangan. Definisi sebagai perubahan-perubahan dalam nilai pada umumnya mengatakan bahwa expenses harus dilaporkan setiap saat terjadinya penurunan nilai ataupun bilamana tidak ada keuntungan-keuntungan atau nilai-nilai yang jelas akan diterima pada masa yang akan datang yang berasal dari penggunaan barang dan jasa. Beberapa timing daripada expenses, yaitu :
1.    Konsep Perbandingan (matching concept)
Sebagaimana didefinisikan oleh komite AAA pada tahun 1964, konsep matching merupakan proses pelaporan beban berdasarkan hubungan sebab akibat dengan pendapatan yang dilaporkan. Matching yang tepat hanya terjadi apabila dapat ditemukan kaitan yang wajar antara pendapatan dengan beban. Dengan demikian timing expenses mengisyaratkan adanya :
·      Kaitannya dengan pendapatan, dan
·      Dilaporkan dalam periode yang sama dengan laporan pendapatan
2.    Perbandingan langsung atau produk
Dalam hal ini pemakaian barang dan jasa dikaitkan dengan produk tertentu dan produk tersebut kemudian dihubungkan dengan pendapatan pada saat hal tersebut dilaporkan. Penggunaan barang dan jasa dikaitkan dengan produk tertentu, dan kemudian produk itu dikaitkan dengan pendapatan pada saat pendapatan dilaporkan. Penandingan harga pokok produk dengan pendapatan menimbulkan beberapa masalah yang rumit, yaitu :
Ø Identifikasi biaya produk
Biaya biaya atas produk yang masih ada dalam perusahaan baik sebagai barang jadi yang belum terjual ataupun barang-barang setengah jadi harus dimasukkan sebagai persedian dan simpanan sampai saat terjadinya penjualan atau melaporkan pendapatan. Biaya-biaya produksi yang secara langsung dikaitkan dengan produksi produk-produk tertentu. Sedangkan biaya-biaya produksi tidak langsung merupakan barang-barang dan jasa-jasa yang dipakai dalam proses yang tidak dapat diidentifikasikan dengan produk tertentu.
Ø Expense yang berkaitan langsung dengan pendapatan yang akan datang tetapi tidak termasuk dalam biaya produk.
Biaya-biaya yang dapat dikaitkan dengan pendapatan pada masa yang akan datang tidak dapat dibebankan secara langsung kepada produk perusahaan karena tidak menggambarkan nilai yang ditambahkan kepada produk-produk tertentu. Biaya-biaya tersebut pada umumnya merupakan biaya-biaya administrasi dan penjualan yang secara jelas dapat dihubungkan dengan pendapatan masa yang akan datang. Biaya-biaya lain yang dapat dilanjutkan pembebanannya (carry forward) pada dasarnya merupakan expense yang dibayar dimuka atau terlebih dahulu (repaid exponse).
Ø Beban langsung yang timbul sesudah pendapatan dilaporkan
Kadang-kadang beban langsung akan terjadi sesudah pelaporan pendapatan yang berkaitan. Bilamana pendapatan dilaporkan terlebih dahulu sebelum pengiriman terakhir barang-barang yang dijual maka akan sangat mungkin ada biaya-biaya tambahan untuk penjualan dan pengiriman barang tersebut. Dimana dalam hal seperti ini mana mungkin pantas untuk mencatat jumlah pendapatan sebesar harga penjualan dikurangi dengan biaya-biaya tambahan yang diperkirakan.
3.    Pembanding langsung atau pembanding disuatu periode
Laporan expense dalam periode dimana barang dan jasa dipakai dalam proses produksi adalah suatu proses matching pengukuran barang dan jasa dengan periode pemakaiannya, hal ini merupakan laporan barang dan jasa dalam periode dimana mereka diperoleh atau dibayar.
Hal-hal berikut ini sering kali digunakan sebagai justifikasi untuk pembandingan tak langsung:
·      Banyak expense periode secara tidak langsung dikaitkan dengan pendapatan yang dihasilkan pada periode berjalan, jadi tidak ada penyimpangan yang material dari prinsip matching apabila expense dilaporkan pada saat barang atau jasa dipakai diproses produksi.
·      Dalam banyak hal, tidak dapat ditemukan kaitan antara expense dengan pendapatan, tetapi apabila expense diperlukan untuk keseluruhan proses produksi, maka ini berarti bahwa expense tersebut harus dibebankan kepada periode berjalan.
Langkah-langkah dalam proses membebankan expense kedalam suatu periode :
·      Penentuan saat terjadinya ekspirasi barang dan jasa
·      Mengklasifikasikan expense menurut aktivitas utama perusahaan.
Konsep Alokasi
Dalam bidang akuntansi, alokasi adalah suatu proses pembagian sekumpulan atau sejumlah penilaian dan membebankan hasil-hasil yang diperoleh kedalam klasifikasi atau periode yang terpisah.
Athur L. Thomas dalam tulisannya “The Allocation Problem in Financial Accounting Theory” mengatakan bahwa untuk dijustifikasi secara teoritis, maka alokasi harus dapat memenuhi tiga kriteria yaitu :
·      Defensibility (dapat ditambahkan)
·      Unambiguity (tidak membingungkan)
·      Defensibity (dapat dipertahankan)



GAINS DAN LOSSES
Gains and Losses merupakan kejadian yang menguntungkan dan tidak menguntungkan, yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan normal perusahaan yang menghasilkan pendapatan.
Pengertian Gains
Hadiah (gains) yang diberikan kepada perusahaan dapat diklasifikasikan baik sebagai kapital/modal maupun income, tergantung kepada maksud si pemberi serta suasana yang menyertai pemberian tersebut. Sebagian besar gains yang lain dihasilkan dari adanya pertukaran sehingga dengan demikian dibutuhkan matching antara aspek-aspek positif dari pertukaran tersebut.
Pemberian harus diukur seperti pendapatan yaitu menurut nilai berjalan (nilai saat ini) dari aktiva yang diterima. Pengukuran aspek yang menguntungkan serupa dengan pengukuran pendapatan yaitu menurut nilai saat ini dari aktiva yang diterima atau diakui berdasarkan nilai saat ini dari pengurangan hutang. Aspek yang tidak menguntungkan harus diukur sama dengan beban yaitu menurut nilai barang dan jasa yang digunakan atau dipertukarkan dalam transaksi.
Pada dasarnya, keengganan para akuntan mencatat kenaikan nilai berpangkal pada dua sumber :
·      Pertambahan nilai bersifat tidak pasti dan sementara
·      Peningkatan nilai tidaklah menambah sumber-sumber likuid yang dapat digunakan untuk membayar deviden.
Pengertian losses
Istilah “loss” digunakan oleh akuntan untuk menggambarkan kelebihan expense atau pendapatan dalam satu periode, jadi hal ini merupakan kebalikan dari income, tetapi disisni pengertian tersebut dipergunakan sebagai lawan dari pengertian gains.
Bagian terpenting dari pengertian losses adalah bahwa hal tersebut menggambarkan habisnya nilai yang tidak berhubungan dengan operasi-operasi normal perusahaan disetiap periode. Pengukuran losses sama dengan pengukuran expense kecuali semua jumlah penghasilan harus dikurangi secara langsung untuk menunjukkan jumlah bersih dari kerugian itu.
Kriteria pengakuan kerugian sama dengan kriteria pengakuan beban periode. Kerugian tidak dapat dibandingkan dengan pendapatan, sehingga harus diakui pada periode di mana kerugian itu cukup pasti bahwa aktiva tertentu akan memberikan manfaat yang lebih sedikit bagi perusahaan dibandingkan dengan yang dinyatakan oleh nilai yang tercatat.


By : Berbagai Sumber

Tidak ada komentar: